Mesin Minyak Goreng
Kapasitas 1500 liter/hari
Mengola CPO menjadi Minyak goreng
DESKRIPSI PROSES PABRIK MINYAK GORENG
Pabrik Pengolahan Minyak Goreng (PPMG) ini adalah pabrik yang
memproduksi minyak goreng dari bahan baku CPO (Crude Palm Oil / minyak
sawit mentah). CPO yang diperoleh dari hasil proses pressing dan
ekstraksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih mengandung
komponen-komponen yang tidak diinginkan yaitu asam lemak bebas (FFA =
Free Fatty Acid), resin, gum, protein, fosfatida, pigmen warna dan bau.
Agar dapat dipergunakan sebagai bahan makanan, maka CPO tersebut harus
diproses lagi di Pabrik Pengolahan Minyak Goreng.
Secara garis besar proses pada Pabrik Pengolahan Minyak Goreng terdiri
dari proses refining (pemurnian) dan fractionation (fraksionasi). Proses
pemurnian terdiri dari proses degumming, proses netralisasi, proses
bleaching dan proses deodorisasi. Minyak yang diperoleh dari proses
refining terdiri dari olein (minyak goreng) dan stearin, dalam proses
fraksionasi stearin dipisahkan dari olein. Untuk memperjelas alur proses
pengolahan minyak goreng dapat dilihat pada diagram blok Pengolahan CPO
menjadi Minyak Goreng sebagai berikut :
1 Proses Degumming
Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut
atau zat-zat yang bersifat koloidal, seperti resin, gum, protein dan
fosfatida dalam minyak mentah. Pada prinsipnya proses degumming ini
adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat-zat terlarut
dan zat-zat yang bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga
flok-flok yang terbentuk cukup besar untuk bisa dipisahkan dari minyak.
Proses degumming yang paling banyak digunakan dewasa ini adalah proses
degumming dengan menggunakan asam. Pengaruh yang ditimbulkan oleh asam
tersebut adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat seperti protein,
fosfatida, gum dan resin yang terdapat dalam minyak mentah.
2 Proses Netralisasi
Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah
bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat dalam
minyak mentah. Asam lemak bebas (FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik.
Proses netralisasi yang paling sering digunakan dalam industri kimia
adalah proses netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi
penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang
reaksi penyabunannya sebagai berikut :
R----COOH + NaOH R-COONa + H2O
Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70
oC, dimana reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser
ke sebelah kanan.
Soda kostik yang direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5 % dari
kebutuhan stokiometris. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan cara
pengendapan. Soda kostik disamping berfungsi sebagai penetralisir asam
lemak bebas, juga memiliki sifat penghilang warna (decoulorization).
3 Proses Bleaching
Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghilangkan zat-zat warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang
terlarut ataupun yang terdispersi.
Warna minyak mentah dapat berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna
yang timbul pada proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Pigmen
yang biasa terdapat di dalam suatu minyak mentah ialah carotenoid yang
berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin yang berwarna
hijau.
Proses bleaching yang digunakan adalah proses bleaching dengan
absorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap (absorben) yang memiliki
aktivitas permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang terdapat
dalam minyak mentah. Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat
menyerap zat yang memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin.
Absorben yang paling banyak digunakan dalam proses bleaching minyak dan
lemak adalah tanah pemucat (bleaching erath) dan arang (carbon). Arang
sangat efektif dalam penghilangan pigmen warna merah, hijau dan biru,
tetapi karena harganya terlalu mahal maka dalam pemakaiannya biasanya
dicampur dengan tanah pemucat dengan jumlah yang disesuaikan terhadap
jenis minyak mentah yang akan dipucatkan.
4 Proses Deodorisasi
Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
dan bau yang tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan.
Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak tersebut
biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan
berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta
senyawa-senyawa yang mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Kadar
senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup kecil telah cukup untuk
memberikan rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001 – 0,1 %.
Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang
didasarkan pada perbedaan harga volatilitas gliserida dengan
senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau tersebut, dimana
senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida. Uap
yang digunakan adalah superheated steam (uap kering), yang mudah
dipisahkan secara kondensasi.
Proses deodorisasi sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur
dan waktu, yang kesemuanya harus disesuaikan dengan jenis minyak mentah
yang diolah dan sistim proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga
agar tidak sampai menyebabkan turut terdistilasinya gliserida. Tekanan
diusahakan serendah mungkin agar minyak terlindung dari oksidasi oleh
udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada sistem batch ini,
tekanan operasi sekitar 3 torr dan temperatur 240 oC.